Otak ko dibagi-bagi?


Oleh: Aab Elkarimi

Saya tidak hendak mengacak-ngacak batas intelektualitas tentang pembagian otak kanan dan otak kiri yang bahasannya sudah panjang dan tebal, tentu akan kalah telak dengan banyaknya disertasi, tesis, dan jutaan jurnal ilmiah yang sudah siap menampar. Saya hanya iseng saja ketika melihat banyak di beranda facebook tautan kuis tentang dominasi otak yang digunakan setiap orang yang menjawab pertanyaan. Ditambah juga dengan kerisihan kesumat saya pada seminar bisnis yang membedah otak untuk menggolongkan jenis aktifitas.

Rasa-rasanya dalam pembahasan otak ini kita mesti bicara lebih jujur dan mendasar, kita harus kembali meninjau secara prinsip dasar bahwa yang namanya otak adalah hanya salah satu alat dari keempat komponen yang bisa melahirkan pemikiran dan tindakan. Keempat komponen ini ialah (1) realitas, (2) Indra, (3) otak, (4) Informasi awal (ma’lumat tsabiqah) yang jika lengkap, inilah yang disebut akal yang outputnya adalah pemikiran, termasuk pemikiran mengenai pembagian otak dalam dua kubu; otak kanan dan otak kiri.

Saya tidak setuju dengan pembagian otak bukan karena saya tidak berotak, melainkan saya hanya merasa sedikit janggal dan lelah dengan mekanisme perotakan yang banyak dibicarakan, terlebih untuk kepentingan bisnis training yang menjuta-juta itu.  Dan saya sebenarnya sedikit canggung untuk bicara bahwa pembagian otak itu begitu tidak ilmiah. Mengapa? Sebab yang dikatakan eksperimen ilmiah, seperti yang dijelaskan Taqiyuddin An-nabhani, adalah meletakkan materi pada pada kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang berbeda dengan kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang ada di alam, lalu melakukan pengamatan terhadapnya. Jika pembagian otak ini adalah hasil dari pengamatan terhadap banyak manusia pada waktu dan kondisi yang berbeda tentunya ini bukanlah sesuatu yang ilmiah, melainkan hanya pengamatan yang berulang dan pengambilan kesimpulan. Hal ini tentu bukan termasuk kategori sains, melainkan kategori tsaqafah (kebudayaan).

Namun yang menarik bukan bahasan ini, saat ini banyak saya temui distorsi mentalitas yang meng-kubu antara si kanan dan si kiri. Hal ini menambah daftar panjang pertempuran kanan-kiri. Setelah soviet dengan ke-kiriannya hancur, maka saya tak ingin bertutur melantur. Yang hanya ingin saya katakan adalah seminar-seminar yang menggagas aktifitas A adalah otak kanan, dan aktifitas B adalah otak kiri apakah sudah benar? Saya tidak menyalahkan, hanya saja (mungkin) yang banyak disampaikan para orator budiman itu meninggalkan dasar dan kemudian mengawang terbang karena (maaf) tidak memiliki pijakan. Yang kemudian semakin menambah pelik, banyak dari sarjana seminar per-otakan ini yang kemudian mengafirmasikan pada manusia kosong tentang pembagian otak dalam hal bisnis, sehingga melupakan apa tujuan utama diciptakannya otak. Kalau pembagian otak hanya sebagai pengandaian untuk lebih memudahkan penggolongan jenis aktifitas, bisalah untuk diterima, meskipun pada akhirnya akan saya sangkal karena sebenarnya yang memengaruhi jenis aktifitas ini adalah akal, terlebih pada ma’lumat tsabiqah (informasi awal) yang diterima berbeda oleh setiap manusia sehingga melahirkan gaya berpikir dan gaya bertindak, tentunya tak masuk akal jika dikatakan ini dari otak kanan atau otak kiri, bukan?.

So, bukan masalah besar ketika otak kita dikata dominan kanan atau dominan kiri, namun akan menjadi masalah serius ketika kita dikata tak berotak. Ya, karena tanpa otak yang menjadi salah satu syarat untuk disebut akal, kita tidak bisa berpikir. Dan untuk mengakhiri tulisan singkat ini, saya senang dengan kutipan Ranchodas Chanchad di film 3 idiot:
“anak-anak, berpikirlah efisien”

Wallahu a’lam.

0 Response to "Otak ko dibagi-bagi?"

Post a Comment