Refleksi Joroknya Berita Dumay

Bisa kita katakan bahwa biang keladi dari joroknya intelektualitas adalah nalar kritis yang hilang. Dan saat ini sudah banyak –kalau tidak boleh dikatakan semuanya—pengguna dunia maya tidak lagi mementingkan etika dalam merespon berita. Fakta yang diramu menjadi senapan propaganda abal-abal, tulisan-tulisan bertebaran yang menjadi jurkam-jurkam parpol, dan kita yang sudah diambang gerbang pertempuran Sunni - Syiah, ataupun konflik kaum sarungan dan celana cingkrang membuat kita menjadi gusar sendiri. Adapun konsekuensi dari apa yang telah terpajang diportal-portal berita maya saat ini, sungguh, akibat besarnya tidak kita ketahui dengan seksama.

Jujur saja saya antipati dengan gaya berita bombastis yang minim validitas dan ‘ambyar’, semisal, ternyata presiden Jokowi bla.. bla.. bla… atau gaya redaksi: Inilah kesesatan kelompok ‘nganu’. Apologetik yang telanjang dengan dalih membela keyakinan menjadi persolan serius akhir-akhir ini. Justru hal yang dilupakan adalah pada saat kita merespon keadaan secara sadar dengan pertama kali membenturkan diri pada penggalian sumber-sumber primer secara seksama. Dan inilah perbedaan mendasar antara pembaca buku dan pembaca konten internet. Pembaca internet bukanlah orang yang rapih dan runut dalam memahami fakta, karena tipikal internet hanya ‘blingsatan’ dalam memberitakan informasi saja, tidak sampai membentuk pemahaman yang mampu melahirkan analisis tajam. Jadi jika kita hanya menjadi pembaca internet yang bersuka cita dan gembira men-share berita dan berkomentar, lantas bermimpi menjadi pengamat politik atau ustadz dumay, rasa-rasanya kok kurang lucu.

Saya telah menyinggung panjang lebar dalam buku saya bahwa dalam persilatan dunia media ada beberapa etika supaya kita tidak sembrono dan nyampah di dunia maya. Semisal bagaimana cara merespon isu, dasar-dasar kepentingan ideologis para pemilik media, hingga pada taraf paling tinggi adalah agitasi dan propaganda untuk mensukseskan agenda hegemoni taraf ideologis. Ah, sekali lagi agak sungkan saya berkata bahwa sangat BEDA ANTARA PEMIRSA BUKU DAN PEMIRSA DUMAY!. Saran saya mending duduk manis dan jangan berisik. Mari ngopi!

(Aab Elkarimi – Aktipis Warkop Burjo | Penulis buku ‘Gerakan Melokan Sembrono!’)

0 Response to "Refleksi Joroknya Berita Dumay"

Post a Comment