Ah, terlalu dini saya terkagetkan
sewaktu mendengar kabar ada peraturan baru bahwa “Organisasi Intra Kampus TIDAK
BOLEH berhubungan apapun dengan Organisasi Ekstra Kampus”. Sahih atau tidaknya berita
itu sedikit membuat saya tergerak menulis tulisan ini. Sebelum ada verifikasi
lanjut, apa yang dimaksud kalimat di atas, saya belum terlalu mudheng tidak juga terlalu gendheng. Pola
pikir saya yang masih berpola kira-kira ini semoga tidak salah dalam memahami
kalimat di atas.
Namun ketika bicara tentang suatu
kekangan, tekanan dan paksaan yang sepihak tanpa proses runding untuk menyimpulkan suatu yang ideal, maka kehancuran
akan menjadi suatu keniscayaan.
Ketika ramai bicara interaksi,
beri saya sepasang kera sirkus, yang bersuami istri lengkap dengan buku
nikahnya. Kera berjender wanita akan saya kurung dengan alasan bahwa wanita tidak boleh seenaknya
berkeliaran. Sebaliknya, kera yang berkelamin pria saya lepas dan dipaksa untuk
mencari nafkah, setiap kera pria kembali akan saya cambuki dan saya maki, “mana
hasil kerjamu? sedikit sedikit pulang! Kerjo meneh, cuk!”. Saya menjaga
stabilisasi kedua kera itu untuk tidak berinteraksi, mengingat alasan saya cukup
kuat; saya terlalu peduli pada kera wanita untuk tidak dinodai si kera pria.
Apa yang terjadi? Benar,
kedua kera itu akan tertekan, bisa saja balik brontak menyerang saya. Di sisi lain
orang yang jernih pikirannya akan berpendapat bahwa yang saya lakukan tidak
tepat dan gila. Sederet pertanyaan mungkin muncul, bukannya mereka telah menikah? mereka kan hewan? Atau pernyataan yang sudah terbayang, Guublok! menggunakan sesuatu tidak pada tempatnya. Saya rasa dari sini semua bisa faham apa yang saya maksudkan. (Maaf, sedikit analogi aneh, saya hanya ingin
meletakkan kebenaran di tempat yang sedikit tersembunyi).
Pun demikian dengan kebijakan
baru yang saya dengar dan masih samar, masalah kekangan interaksi. Ini terjadi
ketika teman saya mengadakan kunjungan ke salah satu organisasi intra kampus atas
nama organisasi ekstra. Langkahnya biasa, tujuannya juga biasa namun mendapati penyambutan luar biasa. Kalimat yang
diutarakan untuk penyambutan persis apa yang sebelumnya saya tuliskan di atas, “menurut
kebijakan baru, organisasi Intra Kampus TIDAK BOLEH berhubungan apapun dengan
Organisasi Ekstra Kampus”. Demikian tuturnya dalam penyambutan meski nada bicaranya
diramah-ramahkan.
Dengan pikiran bersih saya
berusaha tidak menghakimi siapapun dalam hal ini. Interaksi yang sengaja dikekang dengan alasan tak masuk akal dan bukan pada tempatnya ini tidak menutup kemungkinan dilakukan siapa saja, baik anak kecil, mahasiswa sampai doktor, profesor. Ketika interaksi dikekang,
silah ukhuwah terancam tak jalan, di sana harus ada pelurus. Seorang atau sekelompok
baik itu beristilah himpunan, badan, paguyuban dan yang lainnya yang tergerak
hati dan pikirannya untuk meletakan permasalahan kemudian membedahnya di tempat
semestinya.
Sederhananya analisis saya akan
interaksi yang bersifat feodal ini bisa
menimbulkan kepincangan sosial, di samping semakin melambungkan hirarki kasta
kependudukan. Munculnya kampus dengan predikat ekslusif dan tertutup ini mungkinkah disebut sebagai pencetak para problem solver? Kita tidak bisa tertutup terhadap realitas zaman yang menuntut
transparansi. Kebersatuan sebagai wujud integritas bangsa apakah bisa didapat
dengan jalan seperti ini? kebijakan yang memilah pihak luar dan pihak dalam
yang padahal sejatinya memandetkan lajur persatuan. Apakah lupa bahwa salah satu peran Universitas tak lain untuk melahirkan generasi yang siap
terjun dan berjiwa sosial, tanpa memilah apakah ia sama atau beda dengan kita?.
Ah,
tetapi itu terlalu muluk, untuk solusi masalah ini sangat perlu interaksi
untuk berdiskusi. Ettss tunggu.. .Lalu apa jadinya ketika interaksi dibunuhi?
0 Response to "Membunuh Interaksi"
Post a Comment