Sadar: pertaruhan kesadaran pada siapa bersandar

Hari ini Indeks Harga Saham Gabungan merosot hingga 126 poin mendekati level 4000. Rupiah collapse bahkan sampai 11.800/USD. Nyata, kegelisahan baru akan muncul bagi para pemain baru dan yang sedang berkembang. Bagi kaum kecil seperti kita memang tak begitu terasa, asal gaji stagnan di level 3 juta sudah bisa bernafas lega. Indikator kemelaratan paling sedikit kita intip dari melonjaknya harga bawang, cabe, daging sapi sampai jengkol. "Intinya kalau harga sembako murah, kita jangan terlalu berpikir sedemikian parah, su'udzon pada orang lain, menuduh yang macem-macem terhadap pemimpin, pokoknya jangan sampai seperti itu" ujar pak Kadut dalam satu sesi diskusi lepas antar suporter gapleh yang ia sendiri menjabat sebagai sekertaris daerah Suporter Gapleh Disdemonstrasi Itu Perjuangan (SGDIP). 

Sementara kenyataan sebenarnya dalam kaitannya dengan gejolak IHSG yang aku kutip dari detik finance, disebabkan spekulan-spekulan dan para pemain saham yang ingin mengeruk keuntungan dari pelemahan rupiah dan anjloknya indeks saham. Sedang kita? Siapa? Kita, aku dan kalian! mengapa masih saja tak sadar bahwa kita adalah korban yang setiap waktu dikebiri?. 

Belum juga usai TDL yang mencekik pelan, beberapa bulan lalu tanpa merasa malu muncul BLSM hasil dari Kenaikan BBM, sekarang isu hangat media mulai lagi memanas dengan kasus mencengangkan mafia ITB. Mengapa masih saja bebal terhadap kepura-puraan penistaan? Seakan kita tamu di rumah sendiri, kita duduk di kursi tanpa tahu sedang apa aktifitas di dapur. Suguhan teh manis, air putih atau cubluk beracun sekalipun yang dihidangkan pemilik rumah pada kita memaksa harus diterima saja. Entah karena adat atau basa basi beradat, atau budaya yang terbudaya? Namun mati setelah bertamu di rumah sendiri seolah tak jadi soal. bahan menjadi 'Wajar' katanya?. Media bayaran menutup akses keluarnya benih benih pertanyaan yang bertanya kejanggalan, pemilik modal sebagai pengendali opini giat mengoyak pola pikir masyarakat lewat iklan dan berita yang membius. Teng! Fakta terbalikkan, asal ada iming-iming data yang mirip akurat dengan analisis tipuan lewat LSM bayaran. Sekarang bahwa wajar, kewajaran, terwajar pun bisa diimitasi, besok-besok aku yakin bisa pula dimutilasi.

Ah aku kecewa, gagasan pak Kadut terlanjur meninabobokan warga, lewat blusukan-blusukan yang sarat kepentingan dan penyebaran opini yang aneh-aneh telah membuat media kegirangan mendapat kerjaan liputan. Masalah pendapatan? ya, mereka dibayar mahal! gagasan yang ditebarkan dan kemasan media dalam menyajikannya telah membuat stroke otak masyarakat. Perlahan, untuk minggu pertama gejalanya kejang-kejang. Sebagian masyarakat yang terjangkit gejala ini susah untuk berpikir sedikit kritis saja. Jangankan untuk demonstrasi atau runding serius memahami permasalahan negeri, tentang kancut siapa yang ia pakai, ia tak peduli. ???

Aku tak menuntut bayak, hanya saja satu doaku; Tuhan, jelaskanlah kebenaran yang sejelas-jelasnya, agar kami bisa berjalan dan lebih bisa menebarkan banyak kebaikan.

Kadang dalam angan yang menari di atas cekikan terlintaslah Sistem Islam. Bagiku sendiri Islam adalah sebuah gerakan. Bukan ormas, Parpol ataupun LSM, ia gerakan yang berputar kuat dan cepat, hempasan anginnya kuat. Gerakan yang berporos dalam hati setiap muslim untuk tidak diam dalam permasalahan umat. 
.


(aab)
Sukabumi, 29 Agustus 2013
jamuan untuk akhir liburan semeteran.

0 Response to "Sadar: pertaruhan kesadaran pada siapa bersandar"

Post a Comment