16 September 2013

Mungkin salah satu yang akan kurekam dalam ingatan hanya beberapa kejadian. Bukan sebuah dokumentasi bergambar terlebih sebuah video panjang. Hanya hal sederhana yang termaknai dan dimaknai dalam. 

Jutaan masalah yang menghantam setiap manusia memang senantiasa didefinisikan sebagai kehidupan itu sendiri. Ketika seseorang berjuang untuk menghadapi masalah hidupnya dengan berfikir dan bergerak maka itulah suatu kehidupan. Namun kau tahu? Pilihan selalu saja dilematis ketika skala prioritas membelenggu dalam pemecahan satu permasalahan. Bisikan bahwa "Masalah diri sendiri harus diselesaikan terlebih dahulu, jangan sok jadi pahlawan untuk memecahkan masalah orang lain" menggema bahkan bisa pecah dalam turbin  ketidak eksotisan. Kau tahu? Aku sering tercekik, jeritan kadang tak bisa keluar. Kata ini, meski kuketahui maknanya namun bisa menipuku kembali dengan bentuk yang baru. Aku tahu bahwa ketika kita hidup untuk memecahkan permasalahan yang menyangkut diri kita sendiri seakan masalah tak akan pernah selesai, hakikat kita yang terus menginginkan sesuatu selalu berbanding lurus dengan munculnya permasalahan baru, tanpa sadar kita lupa bahwa kita dibebani menyelesaikan permasalahan orang lain juga. Pemaknaan hidup dengan tujuan penyelesaian permasalahan diri dan orang lain yang semestinya aku pegang. Afirmasi!

Lagi-lagi tentang makna. Kemunculannya yang tidak bisa tiba-tiba ini yang membuat gelisah. Memaknai menumbuhkan berbagai buah namun ketidakkuasaan memaknai menimbulkan kekosongan yang mendalam.

Dari makna aku bicara nilai, kemudian sekelumit bayangan datang menakut-nakuti. Tidak datang dengan tergesa, namun menunggu dari kejauhan. ah, jika saja aku waspada! Ia merusak tanpa jejak. Sangat cepat, semua menjadi tak jelas. Tapi Islam yang kemudian menyelamatkan. Hakikat nilai yang terpatok final pada kaidah Alqur'an dan Hadits membuatku bangkit mencari puing-puing diri yang rontok tadi.

Aku bukan seorang nasionalis, bukan sosialis, bukan kapitalis, bukan pendukung demokrasi, bukan agen dari sebuah kebudayaan hedon dan aku berlindung dari jamahan semua itu, mudah-mudahan inilah yang disebut muslim. Aku bukan kumpulan dari konsep yang diusung atas dasar ikatan sempit yang menafikan adanya Tuhan. Aku tidak bersekutu dengan siapa pun yang menginginkan persatuan tapi tidak dengan penggunaan akal, juga doaku tercurah pada siapa saja yang merasa bawa yang ia yakini selain peraturan Allah adalah yang wajib dijalankan, semoga rahat Allah menghampirimu.

0 Response to "16 September 2013"

Post a Comment