Oleh : Abdul Qodir
Seperti yang
dikatakan Fatih Karim dalam tweetnya bahwa fakta bukanlah hukum. Fakta
tidak bisa dijadikan dalil untuk merubah suatu hukum, begitupun hukum tidak
bisa berubah hanya karena adanya fakta. Ini menarik untuk dikaji lebih dalam. mengingat
kebijakan-kebijakan yang dihasilkan dalam pengaturan di dunia pendidikan masihlah
mengaitkan pengambilan keputusan dengan fakta yang ada. Kurikulum yang terkesan
coba-coba terus berubah seiring berganti kepemimpinan. Impian untuk
mencerdaskan bangsa pun perlahan memudarkan optimisme.
Perlu digaris bawahi
bahwa hukum bersifat solid dan mengikat. Hukum sejatinya harus bisa merubah
fakta, bukan fakta yang merubah hukum. Pengambilan keputusan (hukum) tidak
boleh hanya berlandaskan asas manfaat yang meskipun menyalahi aturan namun
tetap bisa diambil. Inilah yang menjadi kepincangan atas permasalahan terkait
dunia pendidikan. Namun untuk permasalahan lebih dalam mengenai pengambilan
kebijakan dalam dunia pendidkan mungkin lebih baik dibahas dalam artikel
berikutnya.
Kita
tahu bahwa realitas sekarang ini menuntut kita untuk bersaing. Bersaing dalam
menentukan tarap kecukupan hidup. Tentunya salah satu jalannya adalah dengan
pendidikan. Pendidikan yang berkualitas merupakan idaman bagi semua kalangan
masyarakat. Menciptakan pendidik dan peserta didik yang bersih akan jiwa dan
keilmuannya merupakan impian terbesar bagi bangsa ini.
Yang
ikut andil dalam dunia pendidikan salah satunya pendidikan dalam rumpun
bangunan yang telah lama dikenal. Sekolah menengah kejuruan yang lingkupnya
seputar dunia bangunan masihlah dikatakan kurang mumpuni dalam menghadapi
tantangan dunia kerja yang semakin hari semakin kompleks permasalahannya.
Dalam pengembangan
sumber daya manusia khusus di bidang bangunan, para pendidik dan peserta didik
haruslah bisa saling memahami. Karena hal ini tidak bisa lepas satu sama lain. Koordinasi
yang baik antara pendidik dan peserta didik merupakan komposisi solid yang akan
membentuk karakter tangguh lulusan. Hal ini bisa terwujud ketika kurikulum yang
berbasis pembentukan karakter sejalan dengan hubungan baik antara pengajar dan
peserta didik.
Gaung pendidikan
berkarakter telah membahana pada setiap instansi pendidikan. Pada dunia
bangunan yang lebih khususnya pada peningkatan generasi muda yang mapan
menguasai bidang ini serasa dikatakan kurang jika belum memaknai apa yang
menjadi orientasi ke depan.
Yang menarik pada pendidikan dalam lingkup
bangunan adalah tiga tahapan inti, tiga tahapan yang bagi sebagian orang yang
telah lama berada di dunia bangunan sudah menjadi makanan sehari-hari, yaitu
tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap pengawasan. Jika ditelisik
secara dangkal, kita hanya mengenal 3 tahapan ini adalah proses pendirian
sebuah bangunan atau gedung. Namun ketika dihayati secara mendalam ada makna
yang jauh lebih besar. Pertama tahap perencanaan. Tahap ini
merupakan tahap .dimana gedung yang akan dibuat, direncanakan sematang mungkin.
Hal ini bisa juga diterapkan dalam membentuk lulusan yang bertalenta dan mapan.
Perencanaan silabus bahan ajar yang matang akan sangat membantu. Kedua Tahap
pelaksanaan. Pada tahapan inilah action dibutuhkan. Dalam tindak nyata
pembuatan sebuah gedung, tahap pelaksanaan merupakan tahap vital yang jika tidak
dijalankan, bangunan tidak akan tegak berdiri. Inipula yang harus dijalankan
ketika instansi pendidikan dengan perencanaan yang matang, siap untuk mengejawantahkan
peserta didik untuk tegak berdiri dalam kepahaman yang luas mengenai dunia bangunan.
Yang ketiga yaitu tahap pengawasan. Tahap ini juga sangat
berperan penting dalam menghasilkan mutu suatu bangunan yang sebelumnya telah
direncanakan dan telah mengalami proses pelaksanaan. Bagaimana bisa suatu
bangunan dilaksanakan oleh para pelaksana sedang dalam pengerjaannya tidak
diawasi. Hal ini sejalan pula dengan dunia pendidikan, jika analogi pelaksana
erat kaitannya dengan para kontraktor, maka pada tahap pengawasan erat
kaitannya dengan pengawas. Dalam analogi yang sedang dihubungkan pelaksana
disini lingkupnya luas. Semua elemen yang tercakup dalam dunia pendidikan
haruslah berkontribusi dalam pengawasan berjalannya pendidikan.
Perlu diingat dalam
dunia pendidikan bukan sebuah persoalan mengenai seberapa besar prestasi. Tanpa
dibarengi dengan kualitas yang mumpuni untuk membaikkan sesama bukanlah sebuah
tindakan yang berarti. Sayyid Quthb pernah bertutur dengan kalimat: Ketika kita memencilkan diri kita dari
masyarakat karena kita merasa lebih bersih jiwanya, lebih suci hatinya, lebih
luas wawasannya, atau lebih cerdik akalnya dari mereka, pada saat itulah kita
tidak melakukan sesuatu yang berarti, karena kita telah memilih untuk diri kita
jalan pintas yang paling sedikit resikonya.
Bisa diambil kesimpulan bahwa tujuan
utama pendidikan pada lingkup bangunan adalah mampunya subjek dan objek
pendidikan, ikut andil dalam membaikkan semua.
Wallahua’lam
Semarang, 1 April 2013
Abdul Qodir
0 Response to "Membentuk hakikat pemahaman 'mendirikan bangunan' untuk mencuatkan potensi lulusan SMK bangunan dalam implementasi di dunia kerja"
Post a Comment