PENGANTIN DAN KAPITALISME

24 mei 2015 kemarin saya menikah. Jika saja soal kesiapan saya serahkan pada bagaimana kapitalisme memenuhi hajat hidupnya dan membuat standarisasi secara licik, maka dipastikan tidak akan pernah ada kata siap. 

Pernikahan yang dipropagandakan harus seperti putri dan pangeran yang baru salonan, dengan biaya resepsi berstyle 'rafi ahmad' cukuplah simpan hanya sampai kerongkongan, lalu muntahkan!. Pun dengan televisi yang bersuara manis, jangan dibiarkan mencuri akal untuk mencibir realita.

Ini akan disadari saat kita dibenamkan pada suatu kondisi tertekan antara halal-haram, berkomitmen-mempermainkan, keberanian-kepecundangan, tentang sejuput ketakutan mengarungi kehidupan, atau tragedi berlari dari arus mainstream dan mengharap ridho Allah, maka jika kita terus menolak hal ini, silahkan merana dan tertekanlah, pura-puralah baik-baik saja dan niscaya hidup akan sedikit mempercundangi dengan tawa sinis. 

Barangkali terlalu nanar saya membayangkan tentang jutaan bayi hasil aborsi atau tentang kondom yang dibersihkan para petugas hotel hasil perzinahan semalam. Pasalnya gaya ngangkang pasangan mahasiswa yang pacaran sudah mondar-mandir mempersetankan pernikahan dengan konsep 'sekali cuss...bermodal rayuan omprengan', mereka akan segera gagap manakala disentil tentang komitmen dan kepastian. Maka sudah pasti soal cinta tidak sedewasa nempelnya kumis dan title sarjana.

Kehidupan seperti ini hanyalah sejengkal kenyataan yang akan kita ambil atau kita loncati. Hidup saat ini sangat sedikit memberi ruang bagi kita untuk baik. Kapitalisme tidak mampu menyelesaikan mimpinya untuk menjawab kata sejahtera dan keadilan, ia rusak sejak lahir dihadang ambisi saling mengungguli untuk nafsu pribadi. Tengoklah apa yang sudah dicapainya:

2,5 juta bayi aborsi?
6,8 % remaja SMP hilang perawan?
tingginya angka perceraian?
Penyiksaan terhadap anak?
kekerasan dalam rumah tangga?

Dan data yang terbanyak tentu adalah munculnya rasa sakit hati untuk memperbaiki peradaban yang dirusak setan sistemik.

***
Saya berpesan pada para pemuda untuk tabah. Saya tidak akan pernah berani menyeru untuk bersegera menjadi pengantin. Yang pertama, mari pastikan diri untuk takwa dengan sebenarnya --sewaktu bersama maupun sendirian-- dengan tidak menjadikan alasan bahwa materi adalah kendala hidup. 

Hasbunallah wani'mal wakiil....

Dan untuk para pengantin muda yang budiman, bersiaplah!. Dalam barisan bapak-bapak muda, kita tak mudah mengecap manis, semudah melumat coklat yang dipegang anak-anak.

Hasbunallah wani'mal wakiill...

2 Responses to "PENGANTIN DAN KAPITALISME"

  1. hah itu mas abdul dan istri barunya ya? wah cepet banget sudah nikah...
    sudah lulus a mas e?
    بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِى خَيْرٍ

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah saya baru semester 6 mbak..
      terimakasih doanya...

      Delete