*&*&^&^%^&%$%$%$#$#$

Aku tidak pernah mengerti bagaimana nanti saat degup jantung ini kutuangkan sepenuhnya padamu. Tidak pernah terbayangkan bagaimana jika kondisi di depan tidak memberi kita celah untuk tenang dan saling lempar senyuman. Aku tak tahu bagaimana bisa menjaga akidahku sendiri yang kadang oleng diterjang badai besar kemaksiatan sedang dirimu menanti untuk kuimami. Sungguh, Aku tak tahu!

Aku belum sempat berucap sepatah kata pun padamu bahwa aku mencintaimu. Hanya obrolan dengan ayahmu tempo lalu yang begitu kaku itu, mulutku gagap, meneguk kopi yang kau buat, dan berkata bahwa a...a..aku mengkhitbahmu. Lepas itu tidak ada obrolan hingga kini, dan jiwaku kalut menanti kedepannya.

Aku juga belum sempat berkirim pesan, bertanya kabar. Sejak pertemuan terakhir dengan ayahmu itu kau tersenyum dan aku tergetar, hingga di sepanjang perjalanan pulang aku tak sadar bahwa dalam pikiran wajahmu mulai kuat tergambar. Dan detik yang terus berjalan, disitulah bertambah pula kekalutan. Sungguh, aku ingin segera bersamamu. Ingin sekali kubagi gelisah hati tentang kondisi kehidupan saat ini, ingin kupetakan skema politik global yang begitu bangsat ini, ingin kubagi rencana baik, ya, aku tak bisa menyelesaikannya sendiri.

Lihatlah, bahkan dalam menulis pun aku gugup sekali. Kaku. Apa kabarmu? Semoga kau tak pernah membaca tulisan ini. Allah merahmatimu.

0 Response to "*&*&^&^%^&%$%$%$#$#$"

Post a Comment