MATI

Aku hafal! sewaktu kecil kabar kematian teman hanya satu orang, itu pun kakaknya teman, hingga pada saat tertentu aku lupa dengan kekagetan bahwa usia belia bisa mengalami mati juga. 

Aku tak hafal! saat ini di usiaku yang mulai panas dengan hingar bingar aktifitas dan kefanaan entah ada berapa kabar kematian sahabat, teman, kerabat, dan sialnya aku tak bisa menyaksikannya di akhir hayat! Bagaimana rona wajah dan guratnya, apa saja yang dikhawatirkannya, dan bagaimana semua itu berjalan detail hingga kembang puring di tancapkan di atas pusarannya. Sialnya pula aku tak sadar bahwa kematian adalah hal yang tidak bisa diprediksi, terkadang muncul disaat yang tidak kita mengerti; berjalan, terbaring, lari, sujud, bahkan dalam kondisi gemulai bermaksiat.

Menghawatirkan memang! Tapi suratan takdir bicara tentang hal yang lain. kullu nafsin dza iqatul mauut! bahwa manusia, siapa pun itu, termasuk kita, akan mengalami kematian. Dan ini bukan soal kematiannya, namun bagaimana besarnya tanggung jawab kita bertani di ladang kebaikan dunia yang bisa menghasilkan buah untuk kita tuai, ya, begitu tidak sebanding dengan jatah umur kita. Kita tak perlu menangis dan takut begitu hebat akan kematian, lebih baik mendekat pada batas-batas yang telah digariskan yang punya jaminan pasti bahwa dengan batas itu kita bisa memperoleh syurga yang abadi.

Dan kematian demi kematian saat ini telah terbiasa aku dengar dari corong speaker masjid dekat kost. Namun tekad kita untuk bergerak dalam batas-batas syar'i lenyap bersama kepulan kebisingan yang fana. ya, fana!

Ada apa?

0 Response to "MATI"

Post a Comment