membolehkan, membiarkan

Bolehlah, kau pandang dunia semaumu, seolah semua milikmu. Kau siasati sendiri masa depan dan kebahagiaan.
Bolehlah kau anggap seluruh makhluk pada dasarnya akan selaras dengan semua ambisi dan mimpi-mimpimu, kau kejar sendirian, dan tetap berpegang pada prinsip bahwa hasil itu semata-mata hanya karena kucuran keringat dan pusingnya siasat.
Bolehlah untuk saat ini kau raup jutaan ton timah, tembaga, barel minyak, dan apapun untuk keperluanmu.
Bolehlah kau merasa setiap saat bahwa setiap kali kau menapaki bumi, menyentuh tanah, menghalau kerikil dengan sepatu, seolah kesemuanya itu sejalan dan memudahkan tujuan-tujuanmu.
Lalu dari kebolehan itu kau merasa bisa berdiri sendiri dan menyimpulkan bahwa manusia bisa bertahan hidup karena dalam dirinya terdapat keinginan untuk hidup. lantas bagaimana kau jelaskan padaku tentang orang yang ingin sekali hidup, sewaktu jatuh menendang kerikil tapi masih saja bisa mati?
Ah,,, rasanya memang terlalu jauh aku membolehkan semua, tapi dengan egois membatasi diri dalam batas nilai yang pakem. Baru aku sadar bahwa masalah besar itu bukan hanya semata memperbaiki diri, tapi mencegah seseorang menjadi buruk juga jauh lebih berarti.

0 Response to "membolehkan, membiarkan"

Post a Comment