Ironi ini untuk revolusi

Aksi akrobatik politik telah banyak dilakukan, dan rakyat sudah terlalu lelah diikut sertakan. Cukuplah sedikit beri celah bagi mereka untuk menuntut penghasilan yang melebihi kansumsi perut sebulan. Toh bagaimanapun intimnya mereka menggauli opini dan menjadi jurkam parpol, ini semua kan tetap untuk urusan perut?

Sementara kau masih tak mengerti juga... Kampanyemu yang ndakik-ndakik lebih mirip menajajalkan dagangan daripada memberikan pengertian. Ambisimu dalam orasi lebih terlihat mencurigakan daripada meyakinkan. Maka sungguh, jika engkau berhati lapang dan berpemikiran bersih, berikanlah sedikit kesempatan itu. Tidak perlu teori kesejahteraan yang muluk-muluk dengan data analisis dahsyat bahwa ekonomi negeri kita beranjak ke angka lima sekian. Tidak perlu memilah kata untuk menenangkan mereka, Rakyat sudah terlalu curiga dengan pelacuran kata yang terselubung, lagipula sudah lama rakyat tahu bahwa kata-kata indah yang menukik itu hanya milik Romeo dan Kahlil, sedikit juga di warisi Majnun.


Sekarang saat semua menjadi kacau, banyak yang hebat pura-pura jadi keparat, tak sedikit yang bodoh berkamuflase untuk diakui kompeten. Jangan heran, inilah dunia pewayangan, penuh mitos, distori, dan banyak fantasi.


Mau apa kita?
Diam dulu, Tariklah nafas, belajarlah, dan mari REVOLUSI.

2 Responses to "Ironi ini untuk revolusi"

  1. wah banyak tulisan baru, blog walking mas, lumayan biar banyak orang yg teropini meski cuma sekedar baca dan komentar

    ReplyDelete
  2. entah kenapa mbak selin, aku ko ga suka ya jalan-jalan ke blog orang, paling yang dikunjungi ya blog temen yang udah kenal.. ya tapi besok-besok aku coba deh....

    ReplyDelete