Secangkir kabar negeri dalam bingkai gelas Aab

Kisruh politik menggelora, paling tidak kita saat ini hanya bisa terdiam dan menanti siapa yang selanjutnya akan meneruskan tongkat estafet kepemimpinan negeri ini, masih di bawah sistem demokrasi yang sejatinya mustahil bekerja untuk memperbaiki Indonesia. Bagi kita para rakyat, sesekali mungkin perlu untuk rehat, tidak melulu sibuk saling hasut karena fakta yang ada; dua calon yang tersedia terlalu munafik dan saling menjilat, dan kita pun tidak perlu ikut-ikutan membicarakannya, cukup diam saja dan dekati cangkir kopi yang tersedia di meja. Dan malam ini mari deklarasikan bersama bahwa cukup bagi kita Allah saja tempat mencurahkan jutaan kekecewaan atas realitas yang tidak sesuai dengan keinginan. Karena ada jutaan maksiat yang harus kita Istighfari bersama. Negeri ini belum baik, dan kita rakyat hanya bisa terus berharap, sedikit bekerja sekemampuan kita dan sisanya dikembalikan pada Allah.

Beberapa jam sebelum tengah malam, televisi memberitakan mentri agama republik Indonesia menjadi tersangka korupsi dana haji. Memang membuatku kaget, tapi dalam demokrasi ini bukanlah barang baru. Seorang anak kecil bisa berlari dalam pikiran mereka ketika demokrasi dijadikan segmen khusus untuk dikaitkan dengan korupsi. Logis, terukur, tak mudah di bantah. Demokrasilah sumber malapetaka terbesar yang ia lahir dari perut kotor Sekulerisme.






0 Response to "Secangkir kabar negeri dalam bingkai gelas Aab"

Post a Comment