“Sungguh kasihan, bangsa yang diam,
berjalan ke kuburan, tidak menawarkan apapun selain keruntuhan dan tidak
berontak ketika lehernya diletakkan diantara pedang dan balok tatakan.”
--Sitok
Mahasiswa apa
kabar? Sudah lama suaramu tak terdengar di antara berbagai macam kedzaliman
yang terjadi di ibu pertiwi ini.
Perkataan di atas
mungkin sangat tepat dilontarkan pada para mahasiswa saat ini, yang semuanya bergerak
untuk hidup tapi hampir tanpa kontribusi bagi peradaban manusia. Mahasiswa yang
saat ini bergerak hebat, bersemangat baja, namun resah dan selalu sibuk untuk kehidupannya
sendiri, sedang di luar itu mereka tidak peduli. Tentang nasib rakyat yang
mengais rejeki seharian dari pagi hingga petang hanya untuk mendapatkan koin
recehan pembawa senyuman itu tidak juga ada yang melirik dan menarik bagi kita para
mahasiswa. Nasib para petani yang setiap hari berpikir keras untuk mendapatkan
pupuk dan sangat resah menjual hasil panennya yang selalu kalah jauh dengan
produk impor sama sekali tidak kita ketahui.
Maka mahasiswa apa
kabar?
Kita semua sudah
mengenal bahwa pertanda sebuah bangsa dikatakan runtuh adalah ketika tidak
adanya peran generasi muda untuk mempertahankannya. Tidak adanya gerakan dan
respon dari para pemuda untuk perbaikkan negeri adalah bukti suatu kemandulan
peradaban.
Beberapa tahun
kebelakang kita dikejutkan dengan pemberitaan yang hampir setiap harinya
memuakkan. Kemiskinan yang tak juga hilang, suap menyuap yang menjadi tradisi,
sampai pada titik nadir di mana para penguasa negeri berjamaah melakukan
korupsi, kemudian kita kenal momen ini dengan trias koruptika. Apa kabar
mahasiswa? Lagi dan lagi banyak yang bertanya, pada ke mana mahasiswa?
Mahasiswa yang sejatinya
selalu ada dan selalu menjadi pionir untuk sebuah perubahan, respon dari
kedzoliman, hingga hari ini tak menunjukkan apapun selain kebisuan. Mahasiswa
yang puluhan tahun ke belakang menjadi para pejuang dan ada di garda terdepan
memberantas para kaum munafik yang rakus atas nama apapun kini sekarat dan
hampir mati pelan-pelan.
Apa kabar
mahasiswa? Apa yang sedang kalian kerjakan?
Tugas-tugas?
Lomba-lomba? Berjuang untuk beasiswa? Hanya sebatas itu kah mahasiswa?
Mahasiswa mandul!
Mahasiswa saat ini mandul kepekaan yang terjadi di depan mata, padahal inilah
momentum nyata bagi para mahasiswa untuk memanen amal kebaikkan dengan ganjaran
yang akan Allah limpahkan secara besar-besaran, tidak di undi apalagi dibagi-bagi
mirip korupsi.
Perubahan
Perubahan menjadi
suatu siklus khas peradaban setiap manusia dalam menghadapi tantangan zaman. Dari
peradaban yang berjalan ini akan menentukan berubah, diam, atau bahkan harus
dan wajib diperjuangkan suatu peradaban untuk dirubah.
Hari ini kita
saksikan berbagai macam tindakan yang telah jauh melenceng dari hakikatnya
sebagai peradaban yang baik. Hari ini kita masih menyaksikan dan gigit jari
akan migas yang stagnan di level 80-90% didominasi asing. Rakyat pribumi
paceklik setiap hari, dan hanya bisa terdiam menikmati. Kemudian waktu akan
terus berjalan, kita hanya disodorkan dua pilihan; dibinasakan atau kitalah
yang akan membuat cahaya yang terang.
Menyoal tentang
perubahan, semua manusia menginginkannya. Tidak hanya mahasiswa, bagi buruh
perubahan adalah suatu keharusan, karena ancaman bahwa mereka esok tak bisa makan. Bagi kaum
proretar, perubahan juga menjadi suatu kewajiban, karena mereka ditindas dan
dimiskinkan setiap hari, kesusahan memeras keringat dan membanting tulang
gila-gilaan dengan hasil yang tak sepadan. Namun dari kesemuanya yang menginkan
perubahan, mahasiswalah yang berpeluang besar maju sebagai pelopor dan pembuka perubahan
untuk semua lapisan masyarakat. Karena bukti historis mengajarkan pada kita
semua, bahwa mahasiswa adalah kaum muda yang semangatnya meletup, bisa menembus
dan membekukkan semua yang ada dan ditakuti siapapun kecuali pencipta surge dan
neraka.
Lantas perubahan
yang seperti apa yang harus dilakukan? Mengingat setiap 5 tahun kita berharap
pada pemilihan dan lelang bias jabatan, yang sampai saat ini belum menghasilkan
apapun selain tumpukkan teks kebijakan-kebijakkan yang lahir dari diskusi dan
melancong ke luar negeri. Perubahan ini mestilah sistemik. Mesti keseluruhan.
Karena hanya dengan inilah perubahan yang hakiki akan terlahir. Perubahan yang
hakiki haruslah mengarah pada suatu sistem yang bukan buatan manusia, pada satu
sistem yang akan memaksa manusia untuk baik yang tidak ada keringanan hukum
bagi yang menyalahi dan membuat kerugian. Sistem Islam! Inilah satu-satunya
tawaran terakhir disamping tawaran lain yang setiap waktu telah kita coba dan
tidak menghasilkan apa-apa. Kapitalisme-demokraasi yang hampir mati,
sosialisme-komunis yang telah membusuk dipembaringannya mengajarkan pada kita
bahwa mengedepankan perasaan dan nafsu manusia dalam menjalankan roda
pemerintahan adalah suatu kebusukan. Maka kembali kepada Allah yang
menciptakanlah perubahan mendasar dan hakiki akan terwujud. Takbir!
Mahasiswa bangun,
berobatlah dan hilangkan kemandulan
Mari rapatkan
barisan, sudah saatnya kita menata ulang dan menghimpun masa
sebaanyak-banyaknya untuk menyadarkan bahwa hanya dengan islam perubahan hakiki
dan mendasar akan melahirkan peradaban emas. Maka ketika ada yang bertanya
“mahasiswa apa kabar?” kita tidak lagi cemas dalam menjawabnya. Kita sedang
berusaha membentuk poros-poros revolusi putih yang akan mengembalikan
kedaulatan tertinggi ke tangan semula, Allah semata.
Hilangkanlah
kemandulan. Dan jika masih ada yang berkata “mahasiswa itu tugasnya hanya
kuliah, melakukan penelitian, belajar giat supaya sukses di kehidupan yag akan
datang” maka jawablah dengan tegas TIDAK. Bukan itu hakikat mendasar seorang
mahasiswa.
#IndonesiaMilikAllah.
Maka
perubahan mendasar adalah kembalikanlah sistem Islam yang harusnya dipegang oleh yang benar.
Indonesia milik Allah, maka perubahan dan gerak kita harus mengarah pada Allah.
Indonesia milik Allah, maka bangunlah para mahasiswa, ciptakan kultur subur
yang tak mandul untuk peka dan sadar
akan realitas yang ada di hadapan.
Semarang, 27 maret 2014
Kang Aab
Ketua Gema Pembebasan komsat Unnes
0 Response to "Revolusi Mandul Mahasiswa"
Post a Comment