Sekilas Tentang acara 'FMIPA Bersyukur, bersama Emha Ainun Najib'

Pagi tadi, dalam acara 'FMIPA Bersyukur' bersama Cak Nun menarik untuk kuceritakan ulang. Acara yang dijadwalkan setengah sembilan ini, baru dimulai pukul sembilan lebih. Penyambutan yang cukup asyik dibawakan oleh anak-anak dari SLBN Semarang yang sangat luar biasa, dilanjutkan dengan pembukaan acara inti, pembacaan tilawah, sambutan dari dekan FMIPA dan sambutan dari perwakilan Rektor yang sekaligus meresmikan mushola Baitul Alim yang baru selesai direnovasi. Setelah penandatanganan pada gambar sketsa mushola selesai dilakukan, barulah acara inti dimulai. Cak Nun membenarkan letak duduk kemudian maju kedepan dan mengambil microphon yang disodorkan panitia.

Penuturan yang dibawakan oleh Cak Nun cukup baru bagiku. Ia mulai bicara setelah sebelumnya enggan duduk di panggung dan meminta panitia untuk memindahkan kursi lebih maju ke pelataran depan agar lebih dekat dengan para hadirin, katanya dalam mengisi kajian keilmuan sangat penting 'muwajahah'. Menurutnya, sangat berbeda antara pentas seni dengan kajian. Pentas seni hanya membutuhkan dua tahap, yaitu pengindraan yang berfungsi kemudian langsung diserap hati. Sedangkan dalam kajian perlu 3 tahapan, ada alat pengindra, kemudian diproses oleh akal dan barulah jatuh ke hati. 

Beliau memulai pembicaraan dengan kritikan terhadap penamaan mushola yang baru selesai di renovasi dan diresmikan yang kebetulan bagian dari serangkaian acara ini. Ia menjelaskan makna 'Baitul Alim' yang menjadi nama mushola tersebut, dilihat dari kaidah tata bahasa arab, kritiknya tertuju pada kata 'alim'. Aku tak begitu mudheng dalam hal ini. Namun yang kutangkap dari apa yang beliau sampaikan adalah bahwa ada banyak kata yang ketika diserap kedalam bahasa indonesia maknanya malah menjadi kebalikannya. Kata 'mengakali' misalnya, diambil dari kata 'akal' yang seharusnya bernilai positif malah dalam realitasnya bermakna mencurangi, membohongi atau ngapusi

Penyampaian materi terus berlanjut, sesekali diselingi dengan materi-materi ringan dan guyonan segar. Ia juga menyinggung tentang manusia. Tuturnya bahwa manusia terdiri dari akal, hati, dan syahwat. Akal senantiasa membersamai hati sedangkan syahwat selalu menggoda hati. Bicara integritas, ia juga menyinggung sarjana fakultas dengan sarjana universitas. Kebanyakan dari kita menjadi sarjana fakultatif dengan tidak memperhatikan aspek yang lebih luas. Menurutnya universitas dewasa ini tak lain hanyalah sekumpulan fakultas-fakultas yang bersatu, dalam artian universitas tidak menjadi tujuan utama, dari sinilah pentingnya integritas.

Masih banyak yang penting untuk dikisahkan, namun kali ini aku cukupkan


0 Response to "Sekilas Tentang acara 'FMIPA Bersyukur, bersama Emha Ainun Najib'"

Post a Comment