Manusia boleh bersandar pada siapa saja asalkan mengikuti kaidah yang menjadi pembenar bahwa kebersandarannya memang beralasan. Ah, sempat beberapakali aku merasakan jatuh, terbuai dalam belaian kalimat humanis Gie: ''Masih terlalu banyak kaum munafik yang berkuasa. Orang yang pura-pura suci dan mengatasnamakan Tuhan. Merintih kalau ditekan dan menindas kalau berkuasa. Saya bermimpi tentang sebuah dunia dimana tokoh agama, buruh dan pemuda bangkit dan berkata, STOP KEMUNAFIKAN!, STOP PEMBUNUHAN ATAS NAMA APAPUN!, tidak ada benci pada siapa pun, agama apa pun, dan bangsa apa pun. Dan melupakan perang dan kebencian, dan hanya sibuk dengan pembangunan dunia yang lebih baik''.
Indah bukan? aku mengakui bahwa kalimat Gie ini mengoyak jika diresapi, menggemuruh jika direnungi, membawa terbang, melesat, cepat, turun perlahan, semakin cepat menurun, merobek gravitasi dan kosong tanpa implementasi, loh?. Perbedaan yang sangat mencolok terlihat jika kuselami ayat ilahi: Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Q.S Albaqarah: 216). Ramai manusia komplain pada Tuhan, mengapa mesti ada perang? Untuk apa? Tanpa perang hidup sudah susah, apa mau makin susah?
KONTRAS!!!
Dan aku hamba yang belum mengerti makna baik menurut manusia dan makna baik menurut Allah swt.
Sedang dalam kebuntuan pemikiran, aku memilih untuk tetap bertuhan sebagai esensi dari eksistensiku. Malam memang gelap, permusuhan memang dilarang, wanita harus dengan pria. Semua nampak jelas! Namun ingin aku berbisik padamu Gie, tidak panjang, hanya ingin bergurau dengan keidealismean mu, mudah-mudahan kau memang serius dalam berkorban untuk kepentingan khalayak banyak, aku angkat topi untuk semua perjuanganmu.
Aku juga bisa bermimpi persis sepertimu, Gie! Aku bermimpi tentang sebuah dunia, dimana tokoh agama, buruh dan pemuda bangkit dan berkata, AKU BERIMAN DAN DEMI ALLOH RIDHO DIATUR SYARIAT ISLAM. Tidak ada perpecahan, tidak ada kemaksiatan dan tidak ada lagi kemunafikan. Bergerak berlandaskan taqwa dan takut akan siksa neraka. Tidak ada pembunuhan atas nama nafsu keduniaan, hanya terus berjuang menjadi rahmat (penjaga, pengayom, pembangun, pelestari) bagi semesta alam.
Terakhir yang ingin aku sampaikan, jika pembunuhan atas nama keadilan juga kamu larang, tunggulah kebinasaan. Jika atas dasar humanisme mafia kau malaikat-kan atau pelacur kau bidadari-kan, maka sudah pasti kau dike-neraka-kan! (Aab)
Semarang, 23 Juni 2013
0 Response to "Senandung gurau untuk Soe Hok Gie"
Post a Comment