Aku terkesan pada apapun yang
bisa membuat orang lain juga terkesan. Tapi
tidak jika bicara apa-apa yang melekat dan menempel kuat.
Terkadang rasa kagum tak
beralasan. Aku berjalan,membalikan telapak tangan, mundur ke belakang, teringat
kenangan masa kecil, memejamkan mata, dunia penuh warna dan terkejut saat mata
terbelalak karna sadarku yang kembali kumat. Oh, barusan masa kecil masih lekat
dalam bayangan, sedikit mengulurkan tangan. sial! Mengapa tak ku raih. Aku juga heran kekagumanku mengapa masih sama seperti
yang dulu, alasan? Aku tak temukan alasan yang masuk akal. Tapi mimpi itu masih juga sama.
Mungkin tak pernah ada yang tahu
tentang cerita-cerita dari ayahku, kecuali kakakku. Bisa saja aku ceritakan
ulang pada anak-anak kecil yang selama ini aku ajar. Ah aku tak berani. Isi ceritanya
lupa. Loh mengapa? Aku lebih fokus pada raut muka ayahku yang khas itu.
Dunia berputar, entah mengapa kemudian
catatanku tanpa alur. Dari belakang maju kedepan, ke tengah, sisi kiri, atas, bawah,
genting, plafond, pondasi dan tanah. Namun kekagumanku jumud dalam raut muka ayahku.
Mengapa selamanya seperti itu? Semenjak sepuluh tahun lalu aku tidur di kamar
baru yang padahal bekas tempat penyimpanan kain kafan. Lho kok bisa? Bisa jadi
jika aku ceritakan suara bising kapal tak akan terdengar. Bagaimana bisa? Sudah,
dengarkan saja!
Berdua. Aku berdua dengan kakakku
kala itu.
Gelap. Lampu kamar dimatikan. Oh,
kucium aroma asap. Aku ketakutan, lekat sekali. Semakin mendekat. Oh ternyata
ayahku yang sedang merokok menengok sebentar dari balik tangga. Aku tertangkap matanya belum memejamkan mata,
kemudia ia menghampiriku, duduk. Oh apa yang terjadi? Cerita! Dia bercerita. Luar biasa!
Apa kau tahu apa yang dia ceritakan?
Benar! Aku lupa tentang detail ceritanya. Tapi raut mukanya. Mengapa sampai
sekarang kekagumanku seperti itu?
Karena Allah yang perintahkan, aku hormat padamu.
0 Response to "Terkesan | itu alasan tak masuk akal |"
Post a Comment