Ragu yang kemarin

Berbelok dipenghujung tujuan sama halnya merelakan direbutnya kehormatan. Bukan masalah inti atau sugesti dari tema yang selama ini ku koarkan disetiap perkumpulan. Antara Tuhan, peraturan dan penerapan aturan dalam konsep islam bukanlah sesuatu yang urgen yang lahir dari keterdesakan budaya dan solusi asal jadi.

Masih belum jelas ketika kabut yang kutuangkan dalam gelas malah kabur menuju kasur. Kemarin saja kesengajaan untuk memegang sabun malah menghasilkan gas yang mengepul. Saking tak jelasnya aku melepas kekesalan, karena antara kematian, ketidak sopanan dan ketidak tepatan menghasilkan efek dahsyat dalam menjalani kehidupan.
 
Sedikit sisipan cerita dari orang lain membuatku kaku, pasif dan terbujur lama dalam ranjang. Aku ceritakan pada Tuhan malam ini mengapa dua hari kemarin aku lebih memilih berdiam di dalam kamar karena keraguan tentang kebenaran yang sedikit mengganjal. Bukan masalah kebenaran yang diragukan, bukan pula keraguan yang dipaksa benar, tapi ini lingkungan yang terlihat benar marah terasa saru dan menimbulkan ragu.  Aku bertanya pada salah orang. Padahal jawaban sebenarnya aku hafal betul dari dulu.

Kemudian aku mengerti bahwa aku lebih nyaman pada 3 komponen yang tak bisa terpisahkan. Antara Iman, akhlak dan muamalah haruslah saling memadatkan dalam bingkai islam. 

0 Response to "Ragu yang kemarin"

Post a Comment