kontribusi kecil

Aku sangat hafal jika diri ini kotornya  tak karuan.
Aku sangat mengerti jika rahmat tuhan sangat sulit datang pada orang yang ketika shalat pun masih terselip hutang-hutang
Aku begitu tahunya jika menegakkan panji tuhan harus oleh orang-orang yang benar suci dan percaya, tentunya dengan kualitas iman mereka yang teruji dan luar biasa .
Tapi bolehkah selagi aku berbenah diri, akupun ikut berkontribusi?
Sekecil apapun kontribusiku, sekilat apapun perjuanganku, atau seberapa singkat ucapan yang terlontar menyampaikan pesan-pesan tuhan, ingin sekali aku sumbangkan untuk perjuangan.
Sekedar semangat, sekedar pengusap keringat, sekedar penyodor gelas yang mungkin air segarnya dituangkan oleh yang lain yang sama ingin ikut berkontribusi.
Mungkin kontribusiku tak ikut menyusun siasat, kontribusiku juga tak bisa berbicara banyak dengan diplomasi handal yang hafal lembaran-lembaran kalimat tuhan sehingga mampu menyadarkan orang yang tak sefaham, apalagi jika kontribusiku untuk menantang berperang orang yang ingkar dengan persiapan diri yang matang sehingga menciutkan nyali lawan. Aku belum sampai pada tahapan demikian. 
Tapi . . . . kepesimisan diri merasa begitu kotor dihadapan tuhan apakah mesti menjadi alasan untuk mengelak menjalankan perintah tuhan yang padahal paling inti setelah ketauhidan?
Membangun peradaban?
Memanusiakan manusia?
Menyempurnakan akhlak?
Bukankah keyakinan ini tak diturunkan hanya untuk satu gari vertikal?
hablum minallah dan hablumminannaass
Jika konsepnya hanya mencari kepuasan dan ketenangan batin,  lantas yang membedakan dengan meditasi, yoga dan bertapa apa?
Memang tauhid pokok pertama, tapi apa kita diharamkan ikut berkontibusi kecil?


0 Response to "kontribusi kecil"

Post a Comment