MENGURAI KONDISI WALADDHOLIN

Saat ini yang mesti kita lakukan adalah menyapa orang yang bersebrangan. Bukan untuk memaksanya harus ikut kita, cukup jelaskan bagaimana konsep kita, tujuan kita, landasan kita, metode kita, hingga sampai pada tingkat ke-kita-an yang dimaklumi dan tidak lagi menimbulkan kebisingan karena kita berusaha menyapa tanpa cela.

Saat ini yang mesti dipaparkan adalah menggemakan nilai-nilai tauhid dalam segala hal. Dari ritual ibadah wajib, sampai pada kewajiban berhukum yang hanya pada Allah sahaja. Berhati-hati dalam bicara, hindari segala perkataan yang tanpa landasan. Tentunya dengan tetap menghantam demokrasi, mengembalikan kedaulatan hukum hanya pada Allah, menggemakan seruan khilafah dengan tidak melupakan sekecil apapun ibadah wajib, sunnah, dan akhlaknya.

Saat ini yang patut dicontoh hanyalah nabi Muhammad, Tidak!. tidak hanya untuk saat ini. Adalah selamanya.

Saat ini kejadian di depan mata adalah hal-hal yang tidak terpikirkan sebelumnya, tejadi mengagetkan dan luar biasa menghantam. Mentri agama di negara kita yang ketakwaan individunya tidak diragukan, tsaqofahnya tidak perlu diperdebatkan, kapabilitasnya tidak perlu dibicarakan, akhirnya terduga korupsi juga, ini adalah bukti nyata bahwa ketakwaan individu tanpa dibarengi sistem yang benar adalah ibarat menginginkan kesegaran sedang kita di gurun sahara yang sangat gersang; Harapan kosong!.

Saat ini kita hanya bisa menularkan keprihatinan pada konflik dan peperangan. Besok-besok insyaallah kita bersama yang menuntaskan. Karena kita belajar bahwa semenjak dahulu tabiat kaum muslimin tidak pernah mengangkat tangan, acuh, dan pura-pura tidak tahu nasib kaum seiman. Nabi mencontohkan bahwa seorang muslim dengan muslim lainnya ibarat satu tubuh. Sedang yang terjadi sekarang adalah bergolong-golongnya manusia dalam skat nasionalisme, batas tapal pemicu perpecahan dan peperangan. Kesintingan mendasar yang dilupakan, dinding menjulang yang harus kita runtuhkan, supaya kita menyatu kembali seperti dahulu sebelum peristiwa pilu 1924, saat Mustafa Kemal membubarkannya paksa dengan menyakiti seluruh hati kaum muslimin. 

Saat ini mari mulai berlomba bersama, lewat individu layaknya superman atau masuk kelompok-kelompok dakwah bergotong royong bermodal omongan yang disampaikan, sehingga tujuan yang satu; menerapkan hukum Allah di penjuru bumi, bisa terlaksana. Tidak melulu hanya menyoroti perbedaannya, mari lihat tujuannya, tangkap esensinya karena ini perintah: "Dan haruslah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." (Ali-Imran: 104)

Saat ini bukan untuk masa lampau,maka berebutlah untuk sebuah perubahan, bukan restorasi semu yang digaungkan partai gagal.

Saat ini mungkin baiknya kita berbenah lagi, menata ulang hati, berkaca kembali akan keimanan dan pola pikir yang lurus.

Ihdinas shiratal mustaqieemm... 
Shiratalladziina ana'mta a'layhim
Ghairil maghdubi a'layhim WALADDHOLIN.

Semarang, 31 mei 2014

0 Response to "MENGURAI KONDISI WALADDHOLIN"

Post a Comment