Pertimbangan dan hakikat memahami persoalan

Ketakutan terbesar dari bertindak adalah menerima hasil yang tidak kita inginkan, dan aku mengerti sekali hal ini. Ya, ketakutan yang menyelimuti ujung hati untuk mencintai pun tidak seenaknya bisa langsung dinyatakan, kadang butuh pertimbangan, pertimbangan dari segi agama, ekonomi, kestrategisan situasi dan pertimbangan lain yang kompleks, sesuai dengan seberapa banyak kita mengkonsumsi ragam pertimbangan. Itulah hakikat manusia sebagai makhluk pembelajar. Singkatnya, bagiku belajar adalah menambah pertimbangan-pertimbangan baru sebagai pandangan lain yang memungkinkannya menjadi solusi. 
Sudah menjadi rahasia umum bahwa pada kondisi apapun, seharusnya manusia belajar. Kali ini aku menyaksikan pelajaran-pelajaran yang didapatkan dari hasil belajar tentang banyak kondisi yang kualami ternyata tidak lagi tentang sebuah nilai luhur yang dijunjung-junjung, bukan pula tentang norma-norma adat dan agama yang sakral. Perubahan ini mengarah pada kaidah-kaidah kebebasan. Manusia hakikatnya bebas, bebas dalam menyampaikan apapun, bebas dalam melakukan apapun, dan bebas dalam berpikir apapun. Manusia juga bebas dalam menentukan, menentukan hal-hal apa yang mesti ia lakukan, menentukan masa depan apa yang ingin ia gapai, dan bahkan menentukan seseorang untuk sesuai dengan apa yang ia inginkan. Ekstremenya lagi aku menyaksikan bahwa mereka juga menentukan surga yang akan mereka tempati dengan gambaran mereka, pun dengan neraka, mereka sebisa mungkin menentukan jenis obat kulit apa yang tak bisa terlahap panasnya jahannam. Mereka memiliki konsepsi yang jelas, mereka memiliki cara hidup yang bebas dan mereka menikmatinya dengan senyum tawa yang lepas.
Aku terhenyak, bukan berarti aku kagum, aku hanya mengangkangkan mulut dengan sikap seolah responsif terhadap hal ini. Hatiku ketir, lama-lama sakit bagai diiris ratusan silet kecil yang tipis ketika menyaksikan semua yang berbeda dengan mereka dibunuhinya, dilumatnya dan disantapnya. Dengan kebebasan, mereka merebut kebebasan orang lain. Demi Allah, aku sama sekali bukan makhluk yang simpati pada konsep kebebasan seperti ini.
Aku merasakan seolah sekarang, pemikiran manusia ini mengkrucut pada satu titik dimana karena sebuah kebebasan, kemudian teori-teori penghasil budak perut dan kelamin menjadi satu visi bersama. 

Islam membebaskan manusia dari penyembahan kepada sesama manusia menjadi penyembahan hanya kepada Allah semata. Ini yang selalu aku bayangkan, selalu aku harapkan dan tak hentinya aku teriakan. Namun sampai sekarang kebebasan model setan lah yang masih menjadi sistem di bumi khatulistiwa ini. Aku cinta indonesia, karenanya aku ingin Islam menjadi inti dari setiap centi geraknya nusantara ini.

0 Response to "Pertimbangan dan hakikat memahami persoalan"

Post a Comment